Profil Keluarga Bahagia Versi Remaja Terencana
Keluarga adalah sebuah kehidupan dalam satu atap rumah yang terdapat kebahagiaan di dalamnya ada ayah, ibu, kakak ,adik, nenek, kakek, dan lainya. Keluarga selalu memberikan kebahagiaan, kerukunan, dan rasa kasih sayang.
Arti keluarga di mata remaja sangatlah tidak asing karena sebagian besar remaja sudah mengetahui arti sebuah keluarga, yang mana setiap remaja selalu mempunyai pemikiran dan angan-angan untuk memiliki sebuah keluarga bahagia suatu saat nanti hingga cukup usianya kelak. Dalam pemikiran remaja hampir 80% menginginkan atau merencanakan memiliki keluarga yang bahagia dan memiliki pekerjaan yang mapan dengan presentase 65% sedangkan persentase remaja yang menginginkan menikah muda sebanyak 50%.
Persentase Pemikiran Remaja
Dapat diketahui keluarga bahagia dalam pemikiran remaja ini memang menjadi sebuah impian. Dengan memiliki keharmonisan dalam keluarga suasana rumah akan menjadi damai, nyaman, dan tentram. Tidak ada salahnya remaja memikirkan tentang terciptanya keluarga bahagia dan harmonis. Berkembangnya zaman perlu banyak hal yang harus dipelajari pada seorang remaja. Keluarga sangat dibutuhkan bukan sekedar ayah bekerja mencari nafkah dan ibu mengurus pekerjaan rumah, tetapi saling menyayangi peduli dan bersosialisasi dalam berkeluarga yang dapat menjadi kunci tatanan perilaku remaja saat ini. Anggota keluarga berperan dalam membentuk karakter remaja terutama orang tua yang merupakan salah satu tempat dalam bersosialisasi atau berinteraksi, hal ini membuat remaja memiliki perkembangan jiwa yang optimal.
Peranan keluarga bahagia ini memiliki beberapa aspek diantaranya keluarga harmonis, saling membantu saat salah satu anggota keluarga membutuhkan atau kesulitan. saling gotong royong dalam pekerjaan rumah, berkumpul dengan keluarga sambil mengobrol santai, dan mendukung satu sama lain. Hal ini juga dapat berpengaruh di dalam aspek kehidupan seorang remaja di antaranya karir, bisnis, usaha, dan lain sebagainya.
Nikah muda dipandang sebuah tren yang layak untuk diikuti pada zaman sekarang. Dengan nikah muda dapat menjalin hubungan yang lebih baik dan suci daripada zina. Padahal, terdapat kosekuensi dalam hal mental, fisik, dan psikis termasuk kekerasan dalam kehidupan berumah tangga ataupun timbul sebuah perceraian. Oleh karena itu, pihak UNICEF tidak mendukung adanya seorang remaja yang melakukan pernikahan dini.
Menurut UNICEF, nikah muda terjadinya ikatan antara laki-laki dan perempuan saat usia masih baru 18 tahun atau kurang. Sementara menurut UU perkawinan nomor 1 tahun 1974 yang dimaksud nikah muda adalah pernikahan yang dilakukan seseorang saat berusia kurang dari 20 tahun. Di era modern ini memang banyaknya fenomena nikah muda, pemikiran remaja menyadari bahwa nikah muda membuat kehilangan masa pendidikan sehingga ketika kerja tidak memperoleh pekerjaan yang layak adapun yang mempengaruhi nikahan mudah beberapa orang tua memikirkan alasan untuk menikahkan anaknya karena faktor ekonomi atau pemikiran orang tua hanya menambah beban hidup keluarga dianggap negatif belum menikah setelah usia 17 tahun perawan tua dapat menikah dengan orang mapan dengan harapan bisa meningkatkan ekonomi keluarga.
Apa akibatnya bila nikah muda tanpa persiapan matang?
Nikah muda tanpa persiapan matang dapat menghancurkan kedua belah pihak, tapi biasanya perempuan menjadi pihak yang paling dirugikan. Beberapa efek negatif yang mungkin timbul saat remaja melakukan pernikahan terlalu cepat adalah :
1. Kekerasan dalam rumah tangga
Menurut penelitian yang dilakukan lembaga International Council of Research on Women (ICRW), perempuan yang nikah muda tanpa latar belakang edukasi yang baik lebih rentan mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Kekerasan yang dimaksud berupa bersifat fisik, yang bahkan menyakiti secara seksual (misalnya dipaksa melakukan hubungan suami-istri saat sedang sakit), dan berisiko mengganggu kesehatan mental.
2. Rentan stres dan sakit-sakitan
Secara psikologis, para perempuan yang nikah muda tanpa persiapan matang lebih rentan mengalami stres, depresi, maupun gejala post-traumatic stress disorder (PTSD). Sementara itu dari segi fisik, menikah sebelum perempuan genap berusia 18 tahun membuat mereka lebih rentan terkena kanker, penyakit jantung, diabetes, dan stroke.
3. Komplikasi kehamilan
Nikah muda berisiko mengakibatkan komplikasi kehamilan. Secara fisik, tubuh remaja yang berusia di bawah 20 tahun belum siap untuk hamil, sehingga hadirnya janin di dalam rahim akan membawa berbagai masalah bagi calon bayi maupun calon ibunya. Sang ibu akan lebih rentan mengalami komplikasi kehamilan, mulai dari keguguran, pendarahan, janin meninggal dalam kandungan, maupun kematian bagi ibu itu sendiri.
4. Putus sekolah
Dalam beberapa kasus, nikah muda tidak jarang berujung pada perceraian. Bagi wanita, menyandang status janda bisa menjadi beban sosial tersendiri yang dapat menimbulkan perasaan malu, dikucilkan, dan dianggap sebagai perempuan yang tidak mampu mengurus rumah tangga sehingga, bisa berujung pada stres maupun depresi.
Meskipun demikian, tidak dipungkiri juga ada orang yang sukses mengarungi bahtera rumah tangga jika nikah muda dilakukan dengan persiapan dan perhitungan yang matang. Namun, sebisa mungkin hindari nikah muda ketika belum mapan, baik secara mental maupun finansial, untuk menghindari efek negatif di atas.
Pekerjaan mapan juga diharapkan dapat meningkatkan derajat dan ekonomi terhadap keluarga. Sebuah keluarga harus mampu memenuhi kebutuhan materi seluruh anggota keluarganya. Untuk mencapai kemapanan ekonomi keluarga, dibutuhkan keuletan, yaitu gigih bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Selalu berupaya menabung sehingga bisa mencapai tujuan ekonomi keluarga. Fungsi ekonomi keluarga bisa dilakukan dengan baik jika pasangan sudah siap menikah dan bertanggungjawab.
Tetapi terdapat konsekuensi pekerjaan yang kurang layak karena tingkat pendidikan yang rendah. Memutuskan untuk menikah muda merupakan atas kesadaran diri dari seorang remaja dalam pemikirannya hanya karena saling mencintai. Masalah ekonomi juga menjadi pemicu pertengkaran rumah tangga yang bisa menyebabkan perceraian.
Dari kesimpulan di atas menyebutkan bahwa setiap remaja boleh berkeinginan apa saja baik memiliki keluarga yang bahagia, pekerjaan/karir yang bagus dan menikah muda, semua itu tidak salah untuk dipilih dalam menjalani hidup. Akan tetapi seorang remaja sebaiknya memikirkan baik-baik akan apa yang dipilih untuk masa depannya, dengan cara pemilihan yang sangat sangat terencana dengan matang. Agar tidak adanya penyesalan diakhir. SAY NO TO MARRIED BY ACCIDENT
osmanlike_official21_22